Abdul Matin Bin Salman
(Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Raden Mas Said Surakarta)
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Indonesia menghadapi tantangan kompleks dalam mengadopsi Outcome-Based Education (OBE) dan mengintegrasikan Teknologi Informasi (TI) dalam program studi keagamaan, khususnya dalam studi al-Qur'an dan Hadis. Gagasan ini muncul dari upaya kolektif PTKI untuk beradaptasi dengan era digital demi mempertahankan otentisitas, otoritas, kualitas, dan relevansi sistem pendidikan dalam konteks ajaran Islam.
Implementasi OBE
Program studi al-Qur'an dan Hadis di PTKI memiliki tanggung jawab penting dalam mendidik mahasiswa tentang ajaran Islam berdasarkan al-Qur'an dan Hadis. Tantangan utamanya adalah beralih dari kurikulum berbasis teks ke kurikulum berbasis hasil (OBE). Kurikulum berbasis hasil menekankan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang dapat diukur serta diterapkan dalam kehidupan nyata. Implementasi OBE di PTKI bukan hanya tentang mencapai hasil pembelajaran yang terukur, tetapi juga memastikan bahwa mahasiswa mampu menginternalisasi nilai-nilai moral dan spiritual dari al-Qur'an dan Hadis. Kolaborasi dengan lembaga otoritas dan para ulama sangat penting untuk memastikan bahwa kurikulum mencerminkan esensi ajaran Islam secara holistik dan mendalam. Evaluasi hasil pembelajaran menjadi fokus utama dalam implementasi OBE. PTKI harus mengembangkan metode evaluasi yang tidak hanya mengukur pemahaman akademik, tetapi juga kemampuan mahasiswa dalam menerapkan nilai-nilai ajaran al-Qur'an dan Hadis dalam kehidupan praktis. Penggunaan studi kasus, simulasi, dan proyek praktis menjadi solusi untuk mengukur pencapaian OBE secara komprehensif. Namun demikian, tantangan utamanya adalah memastikan bahwa hasil pembelajaran tidak hanya akademik, tetapi juga relevan dan autentik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Integrasi Teknologi Informasi (TI)
Integrasi TI dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran di PTKI, tetapi juga menimbulkan tantangan terkait sensitivitas materi agama dan pendekatan yang berpusat pada teks suci. Infrastruktur TI yang memadai, termasuk akses internet stabil dan perangkat keras berkualitas, menjadi syarat utama untuk mendukung penggunaan platform pembelajaran online dan sumber daya digital terkait al-Qur'an dan Hadis. Dosen dan staf pengajar di program studi al-Qur'an dan Hadis perlu menjalani pelatihan intensif tentang integrasi TI dalam pembelajaran. Mereka harus mampu mengelola platform pembelajaran online dengan efektif, mengintegrasikan multimedia dalam pengajaran, serta memfasilitasi diskusi dan kolaborasi daring yang dapat memperkaya pemahaman mahasiswa tentang ajaran al-Qur'an dan Hadis. Meskipun demikian, ada tantangan signifikan terkait penggunaan TI dalam konteks pendidikan agama, termasuk pengawasan ketat untuk memastikan bahwa sumber informasi yang digunakan sesuai dengan ajaran Islam yang benar dan tidak menyesatkan.
Analisis Kurikulum Berbasis Hasil, Bukan Hasil Berbasis Kurikulum
Perbedaan utama antara analisis hasil berbasis kurikulum dan kurikulum berbasis hasil terletak pada pendekatan perguruan tinggi terhadap desain kurikulum. Analisis hasil berbasis kurikulum menitikberatkan pada evaluasi dan interpretasi data hasil tes atau pembelajaran untuk memahami pencapaian mahasiswa secara akademik. Di sisi lain, kurikulum berbasis hasil lebih luas dalam pendekatannya dengan menetapkan hasil atau kompetensi yang diinginkan sebagai tujuan utama, untuk mengarahkan proses pembelajaran dan penilaian secara menyeluruh. Dalam konteks PTKI, kurikulum berbasis hasil (OBE) memungkinkan PTKI untuk menyesuaikan proses pembelajaran dan pendidikan yang berbasis pada al-Qur'an dan Hadis dengan kebutuhan kontemporer, di mana kompetensi praktis dan aplikatif menjadi fokus utama. Tantangan utamanya adalah pengembangan kurikulum yang mencakup tidak hanya aspek teoritis, tetapi juga praktis dari ajaran al-Qur'an dan Hadis. PTKI perlu memastikan bahwa kurikulum tidak hanya menangkap esensi teks suci, tetapi juga mengajarkan aplikasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dan dinamika sosial yang realistis. Evaluasi hasil pembelajaran juga menjadi krusial dalam kurikulum berbasis hasil. PTKI harus mengembangkan metode evaluasi yang tidak hanya mengukur pemahaman akademik, tetapi juga kemampuan mahasiswa dalam menerjemahkan dan menerapkan ajaran al-Qur'an dan Hadis dalam praktik kehidupan yang benar-benar solutif dan realistis. Penggunaan studi kasus, simulasi, dan proyek praktis menjadi solusi untuk mengukur pencapaian OBE dengan lebih komprehensif dan relevan.
Solusi Alternatif untuk Mengatasi Tantangan
Nah, untuk menghadapi tantangan kompleks ini, barangkali beberapa hal berikut ini bisa menjadi solusi bagi PTKI dan dapat menjadikannya sebagai bentuk langkah strategis. Pertama, melalui kolaborasi aktif dengan komunitas ulama dan ahli hadis dalam pengembangan kurikulum yang mencerminkan nilai-nilai ajaran Islam yang otentik dan mendalam. Kedua, dengan investasi dalam pengembangan infrastruktur TI yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang terkendali dan efektif. Ketiga, dengan menyediakan pelatihan berkelanjutan bagi dosen dan staf pengajar dalam penggunaan teknologi dan integrasi TI dalam pembelajaran. Dengan demikian, PTKI dapat mengimplementasikan OBE dan mengintegrasikan TI dalam program studi al-Qur'an dan Hadis mereka. Tentu hal semacam ini akan membantu mempertahankan keaslian dan kebenaran ajaran Islam dalam pendidikan tinggi mereka, memastikan bahwa pendidikan Islam tetap relevan dan berkualitas di era digital ini.